BAB I
PENDAHULUAN
Diabetes
Melitus merupakan suatu penyakit multisistem dengan ciri hiperglikemia akibat
kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. Kelainan pada
sekresi/kerja insulin tersebut menyebabkan abnormalitas dalam metabolisme karbohidrat,
lemak dan protein. Hiperglikemia kronik pada diabetes berhubungan dengan
kerusakan jangka panjang, disfungsi atau kegagalan beberapa organ tubuh,
terutama mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah. World Health
Organization (WHO) sebelumnya telah merumuskan bahwa DM merupakan sesuatu
yang tidak dapat dituangkan dalam satu jawaban yang jelas dan singkat, tetapi
secara umum dapat dikatakan sebagai suatu kumpulan problema anatomik dan
kimiawi akibat dari sejumlah faktor di mana didapat defisiensi insulin absolut
atau relatif dan gangguan fungsi insulin.
Imunitas atau kekebalan adalah sistem mekanisme pada organisme
yang melindungi tubuh terhadap pengaruh biologis luar
dengan mengidentifikasi dan membunuh patogen serta sel
tumor. Sistem ini
mendeteksi berbagai macam pengaruh biologis luar yang luas, organisme akan
melindungi tubuh dari infeksi, bakteri, virus sampai cacing
parasit, serta menghancurkan zat-zat asing lain dan memusnahkan mereka dari
sel organisme yang
sehat dan jaringan
agar tetap dapat berfungsi seperti biasa. Deteksi sistem ini sulit karena
adaptasi patogen dan memiliki cara baru agar dapat menginfeksi organisme.
(Wikipedia, Ensiklopedia Bebas)
Banyak
orang pada awalnya tidak tahu bahwa mereka menderita diabetes. Di negara maju
seperti Amerika misalnya, dari sekitar 16 juta penderita diabetes, 7 juta
diantaranya baru mengetahui bahwa diri mereka menderita diabetes setelah
mengalami komplikasi di berbagai organ tubuh. Laporan statistik dari
International Diabetes Federation (IDF) menyebutkan bahwa sekarang sudah ada
sekitar 230 juta penderita diabetes. Angka ini terus bertambah hingga 3 persen
atau sekitar 7 juta orang setiap tahunnya. Dengan demikian, jumlah penderita
diabetes diperkirakan akan mencapai 350 juta pada tahun 2025 dan setengah dari
angka tersebut berada di Asia, terutama India, Cina, Pakistan, dan Indonesia.
Diabetes telah menjadi penyebab kematian terbesar keempat di dunia. Setiap
tahun ada 3,2 juta kematian yang disebabkan oleh diabetes. Di Amerika
sekalipun, angka kematian akibat diabetes bisa mencapai 200.000 orang per
tahun. Angka penderita diabetes yang didapatkan di Asia Tenggara adalah :
Singapura 10,4 persen (1992), Thailand 11,9 persen (1995), Malaysia 8 persen
lebih (1997), dan Indonesia (5,6 persen (1992). Kalau pada 1995 Indonesia berada di nomor tujuh sebagai negara
dengan jumlah diabetes terbanyak di dunia, diperkirakan tahun 2025 akan naik ke
nomor lima
terbanyak. Pada saat ini, dilaporkan bahwa di kota-kota besar seperti Jakarta dan Surabaya,
sudah hampir 10 persen penduduknya mengidap diabetes.
Insiden
diabetes melitus tipe 1 sangat bervariasi di tiap negara. Dari data-data
epidemiologik memperlihatkan bahwa puncak usia terjadinya DM pada anak adalah
pada usia 5-7 tahun dan pada saat menjelang remaja. Sedangkan, insiden
penderita diabetes melitus tipe 1 pada anak meningkat secara signifikan di
negara Barat. Merupakan sebuah tantangan tersendiri bagi para orangtua dan
dokter dalam pengobatan diabetes melitus tipe 1 pada anak yang berumur di bawah
12 tahun. Seiring perkembangan teknologi yang makin pesat dan meningkatnya
permintaan pasien diabetes melitus yang mendambakan pengobatan efektif dan aman
tanpa terus-terusan harus menginjeksikan insulin ke tubuh mereka, sebagai
alternatif digunakanlah pompa insulin yang kini menjadi favorit penderita
pasien diabetes di Amerika, terutama diabetes melitus tipe 1. Akibatnya,
terjadi peningkatan yang signifikan terhadap pemakaian pompa insulin selama 1
dekade ini karena pasien DM tidak perlu menghabiskan waktu terlalu banyak untuk
menginjeksikan insulin ke tubuhnya terus menerus.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
KONSEP DASAR MEDIS
- Pengertian
Diabetes
mellitus yaitu penyakit kronik sistemik yang dikarakteristikan oleh gangguan
metabolisme karbohidrat, lemak dan protein sebagai akibat tidak adekuat suplai
insulin relatif atau absolut (Ulrich, 1997).
Imunitas atau kekebalan adalah sistem mekanisme pada organisme
yang melindungi tubuh terhadap pengaruh biologis luar
dengan mengidentifikasi dan membunuh patogen serta sel
tumor. Sistem ini
mendeteksi berbagai macam pengaruh biologis luar yang luas, organisme akan
melindungi tubuh dari infeksi, bakteri, virus sampai cacing
parasit, serta menghancurkan zat-zat asing lain dan memusnahkan mereka dari
sel organisme yang
sehat dan jaringan
agar tetap dapat berfungsi seperti biasa. Deteksi sistem ini sulit karena
adaptasi patogen dan memiliki cara baru agar dapat menginfeksi organisme.
(Wikipedia, Ensiklopedia Bebas).
- Etiologi
Menurut
etiologinya, DM tipe 1 disebabkan karena adanya gangguan produksi insulin
akibat penyakit autoimun atau idiopatik., yang menyebabkan pasien mutlak
membutuhkan insulin. DM tipe 2 terjadi akibat resistensi insulin atau gangguan
sekresi insulin. Pada tipe 2 ini tidak selalu dibutuhkan insulin, kadang-kadang
cukup dengan diet dan antidiabetik oral. (Gunawan et.al., 2007).
Secara umum
menurut referensi yang ada, DM mempunyai sebab yang belum begitu jelas. Namun,
diduga faktor genetik yang didapat (idiopatik) menempati urutan teratas dalam
penyebab DM, walaupun mekanisme genetika DM belum dapat dipaparkan secara jelas
seperti halnya pada kasus buta warna. Jadi anak laki-laki pasien tersebut bisa
saja menderita DM tipe 1 karena faktor genetik tersebut.
Insiden diabetes melitus tipe 1 sangat bervariasi di tiap negara. Dari data-data epidemiologik memperlihatkan bahwa puncak usia terjadinya DM pada anak adalah pada usia 5-7 tahun dan pada saat menjelang remaja. Sedangkan, insiden penderita diabetes melitus tipe 1 pada anak meningkat secara signifikan di negara Barat.
Insiden diabetes melitus tipe 1 sangat bervariasi di tiap negara. Dari data-data epidemiologik memperlihatkan bahwa puncak usia terjadinya DM pada anak adalah pada usia 5-7 tahun dan pada saat menjelang remaja. Sedangkan, insiden penderita diabetes melitus tipe 1 pada anak meningkat secara signifikan di negara Barat.
- Patofisiologi
Diabetes tipe 1
merupakan bentuk diabetes parah yang berhubungan dengan terjadinya ketosis
apabila tidak diobati. Diabetes ini muncul ketika pankreas sebagai pabrik
insulin tidak dapat atau kurang mampu memproduksi insulin. Akibatnya, insulin
tubuh kurang atau tidak ada sama sekali. Glukosa menjadi menumpuk dalam
peredaran darah karena tidak dapat diangkut ke dalam sel. Biasanya, diabetes
tipe ini sering terjadi pada anak dan remaja tetapi kadang-kadang juga terjadi
pada orang dewasa, khususnya yang non obesitas dan mereka yang berusia lanjut
ketika hiperglikemia tampak pertama kali. Keadaan tersebut merupakan suatu
gangguan katabolisme yang disebabkan karena hampir tidak terdapat insulin dalam
sirkulasi, glukagon plasma meningkat dan sel-sel B pankreas gagal merespon
semua stimulus insulinogenik. Oleh karena itu, diperlukan pemberian insulin
eksogen untuk memperbaiki katabolisme, mencegah ketosis, dan menurunkan
hiperglukagonemia dan peningkatan kadar glukosa darah.
Diduga diabetes
tipe 1 disebabkan oleh infeksi atau toksin lingkungan yang menyerang orang
dengan sistem imun yang secara genetis merupakan predisposisi untuk terjadinya
suatu respon autoimun yang kuat yang menyerang antigen sel B pankreas. Faktor
ekstrinsik yang diduga mempengaruhi fungsi sel B meliputi kerusakan yang
disebabkan oleh virus, seperti virus penyakit gondok (mumps) dan virus
coxsackie B4, oleh agen kimia yang bersifat toksik, atau oleh sitotoksin
perusak dan antibodi yang dirilis oleh imunosit yang disensitisasi. Suatu
kerusakan genetis yang mendasari yang berhubungan dengan replikasi atau fungsi
sel B pankreas dapat menyebabkan predisposisi terjadinya kegagalan sel B
setelah infeksi virus. Lagipula, gen-gen HLA yang khusus diduga meningkatkan
kerentanan terhadap virus diabetogenik atau mungkin dikaitkan dengan gen-gen
yang merespon sistem imun tertentu yang menyebabkan terjadinya predisposisi
pada pasien sehingga terjadi respon autoimun terhadap sel-sel pulaunya (islets
of Langerhans) sendiri atau yang dikenal dengan istilah autoregresi.
- Manifestasi klinis
Tanda-tanda dan
gejala dari diabetes tipe 1 biasanya berkembang dengan cepat. Beberapa tanda
berikut adalah:
a) Terjadi
peningkatan rasa haus dan sering buang air kecil. Kelebihan gula yang menumpuk
di aliran darah anak akan membuat cairan ditarik ke jaringan, hal ini
kemungkinan akan membuat anak menjadi haus. Akibatnya anak minum dan buang air
kecil lebih sering dari biasanya.
b) Anak selalu
merasa lapar. Karena tidak adanya jumlah insulin yang cukup, maka gula yang
diasup tidak akan bisa masuk ke dalam sel. Akibatnya organ akan kehabisan
energi dan memicu rasa lapar yang terus menerus.
c) Penurunan
berat badan. Meskipun anak makan melebihi biasanya, tapi anak-anak tetap
kehilangan berat badannya. Tanpa adanya asupan energi dari gula, maka jaringan
otot dan cadangan lemak akan menyusut. Penurunan berat badan yang tidak bisa
dijelaskan seringkali menjadi gejala pertama yang diperhatikan.
d) Anak-anak menjadi mudah lelah dan lesu. Hal ini disebabkan sel-sel sangat kekurangan asupan gula.
e) Anak menunjukkan perilaku yang tidak biasa.
Anak-anak dengan diabetes tipe 1 yang belum terdiagnosis seringkali menjadi
mudah marah atau tiba-tiba menjadi murung dan kesal.
f) Penglihatan
yang kabur. Jika gula darah anak terlalu tinggi, maka cairan dapat ditarik dari
lensa mata sehingga mempengaruhi kemampuan anak untuk bisa fokus dengan jelas.
g) Infeksi
jamur. Adanya infeksi jamur pada alat kelamin bisa menjadi tanda pertama dari
diabetes tipe 1 pada anak perempuan.
- Kompilkasi
1.
Akut
a.
Koma non
kerotik hiperglikemia hiperosmolar
b.
Hipoglikemia
c.
Diabetik
ketoasidosis
2.
Jangka
panjang
a.
Mikroangiopati
1)
Retinopati
2)
Nefropati
3)
Neuropati
b.
Makroangiopati
1)
Kardiovaskuler
2)
Serebravaskuler
3)
Vaskuler
perifer
- Prognosis
1) Fase Inisial
Dimulai saat timbulnya gejala
sampai dengan ditegakkan diagnosis. Fase ini sering didahului oleh infeksi,
goncangan emosi maupun trauma fisik.
2) Fase Penyembuhan
Fase setelah beberapa hari
diberikan pengobatan. Keadaan akut penyakit ini telah teratasi dan sudah
terdapat sensitivitas jaringan terhadap insulin.
3) Fase Remisi (Honeymoon period)
Fase ini khas pada penyandang DM
tipe 1. Pada saat ini, kebutuhan insulin menurun sehingga dapat terjadi
hipoglikemia bila insulin tidak disesuaikan. Bila dengan dosis insulin 0.1
IU/kg BB masih menyebabkan hipoglikemia maka pemberian insulin harus
dihentikan. Pada fase ini perlu observasi dan pemeriksaan urin reduksi secara
teratur untuk memantau keadaan penyakitnya. Fase ini berlangsung selama
beberapa minggu sampai beberapa bulan. Diperlukan penyuluhan pada penyandang DM
atau orangtua bahwa fase ini bukan berarti penyembuhan penyakitnya.
4) Fase Intensifikasi
Fase ini timbul 16-18 bulan setelah
diagnosis ditegakan. Pada fase ini terjadi kekurangan insulin endogen.
- Pemeriksaan Diagnostic
Glukosa
darah : Meningkat
200-100 mg/lebih.
aseton
plasma (keton) : Positif secara
mencolok.
Asam
lemak bebas : Kadar lipid dan
kolesterol meningkat
Elektrolit:
1.
Natrium :
Mungkin normal, meningkat / menurun
2.
Kalium :
Normal / peningkatan semua, selanjutnya akan menurun
3.
Fosfor :
Lebih sering menurun
Hb glikosilat : Kadarnya meningkat 2-4 kali lipat dari normal
yang mencerminkan kontrol pm yang kurang selama 4 bulan terakhir.
Gas darah arteri : Biasanya menunjukkan pH
rendah dan penurunan pada HCO3 (asidosis metobolik) dengan
kompensasi alkalosis.
Trombosit darah : Ht mungkin meningkat (dehidrasi),
leukositosis, nemokonsentrasi, merupakan respon terhadap stress / infeksi.
Ureum / kreatinin : Mungkin meningkat /
normal.
Amylase darah : Mungkin meningkat yang mengindikasikan adanya
pankreatitis akut sebagai penyebab dari DKA.
- Penatalaksanaan
Pada
DM penatalaksanaan medis yang dilakukan adalah :
2.
Diet
biasanya penggunaan kalori (biasanya 3x makan seimbang dan 1 kali
3.
Hipoglikemia
oral dan atau insulin mungkin juga diberikan
4.
Program
latihan teratur
5.
Pemantauan
glukosa darah sendiri
6.
Pengobatan
komplikasi yang terjadi
ASUHAN KEPERAWATAN
1.
Pengkajian
1.
Aktivitas
/ istirahat (Doengoes, 1993)
Gejala : Lemah, letih, sulit bergerak / berjalan, kram
otot, tonus otot menurun, gangguan tidur / istirahat.
Tanda : a. Takikardi
dan takipnea Pada keadaan istirahat / dengan aktivitas
b. Letargi / disorientasi, koma
c. Penurunan kekuatan otot
2.
Sirkulasi
Gejala : Adanya riwayat hipertensi : IM akut.
Klaudiliasi,
liebas dan kesemutan pada ekstremitas ulkus pada liali, penyembuhan yang lama
Tanda : a. Takikardi
b. Perubahan tekanan darah postural, hipertensi
c. Nadi yang menurun
d. Disritmia
3.
Integritas
ego
Gejala : a. Stress,
tergantung pada orang lain.
b. Masalah finansial yang berhubungan dengan
kondisi.
Tanda : Ansietas peka rangsang
4.
Eliminasi
Gejala : a. Perubahan
pola kemih (poliuria) nokturia.
b. Rasa nyeri / terbatas, kesulitan berkemih, isk
baru / berulang
c. Nyeri tekan
d. Diare lancar
Tanda : a. Urine
encer, pucat, kuning, poliuri
b. Urine berkabut
c. Abdomen keras, adanya asites
5.
Makanan /
cairan
Gejala : a. Hilang
nafsu makan.
b. Mual/muntah
c. Tidak mengikuti diet
d. Penurunan BB
Tanda : a. Kulit
bersisik, turgor jelek
b. Keluarkan / distensi abdomen, muntah
c. Pembesaran tiroid
6.
Neurosensori
Gejala : a. Pusing
/ pening
b. Sakit kepala
c. Kesemutan, kebas kelemahan pada otot
d. Gangguan pengelihatan
Tanda : Disorientasi, mengantuk, letargi, stupor /
koma.
7.
Nyeri /
kenyamanan
Gejala : Abdomen yang tegang / nyeri
Tanda : Wajah meringis dengan palpitasi: tampak
berhati-hati
8.
Pernafasan
Gejala : Merasa kekurangan O2, batuk dengan
/ tanpa sputum purulen
Tanda : Lapar udara, frekuensi pernafasan
9.
Keamanan
Gejala : Kulit kering, gatal, ulkus kulit
Tanda : a. Demam,
diaforesis
b. Kulit rusak, lesi / ulserasi
10.
Seksualitas
:
Gejala : a. Rabas
vagina
b. Masalah impoten pada pria, kesulitan orgasme
pada wanita
b. Diagnosa Keperawatan
Resiko penyebaran penyebaran infeksi berhubungan dengan penurunan sistem imun tubuh sekunder terhadap DM
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan defisiensi oral/ penurunan intake oral ditandai dengan mengeluh mual-muntah, intake tidak adekuat, penurunan nafsu makan, lemah, tonus otot menurun
Resiko infeksi berhubungan dengan hiperglikemia, penurunan fungsi leukosit dan perubahan sirkulasi darah
Resiko tinggi perubahan persepsi sensori berhubungan dengan penurunan zat kimia, endogen, ketidaseimbangan elektrolit, glukosa dan insulin
Kelemahan berhubungan dengan penurunan produksi metabolisme energi, defisiensi insulin dan peningkatan kebutuhan energi
c.
Intervensi
Keperawatan
1.
Resiko penyebaran
penyebaran infeksi berhubungan dengan penurunan sistem imun tubuh sekunder
terhadap DM
Tujuan :setelah dilakukan tindakan keperawatan
3 x 24 jam infeksi berkurang.
KH : nyeri berkurang, keadaan luka kering, pus (+)
Intervensi
:
1.
Observasi
tanda-tanda infeksi dan inflamasi seperti panas, kemerahan, keluar nanah
Rasional : membantu
dalam memperkirakan kekurangan volume total, adanya proses infeksi yang
mengakibatkan demam dan hipermetabolik cairan hilang meningkat.
2.
Monitor
tanda-tanda vital
Rasional : Hipovolemia
dapat dimanifestasikan oleh hipotensi dan takikardia, perkiraan berat atau
ringannya hipovolemia dapat diukur ketika TD sistolik turun > 10 mmHg/
posisi duduki / berbaring.
3.
Monitor
nadi perifer, turgor kulit dan membran mukosa
Rasional : Merupakan
indikator dari tingkat dehidrasi / volume sirkulasi yang adekuat.
4.
Berikan
cairan yang paling sedikit 2500 ml/hari bila tidak ada kontra indikasi
Rasional : Mempertahankan
hidrasi / volume sirkulasi
5.
Monitor
intake dan output cairan, catat berat jenis urine
Rasional : Memperkirakan
kebutuhan akan cairan pengganti, fungsi ginjal dan keefektifan dari terapi yang
diberikan.
6.
Catat
adanya muntah, mual, nyeri perut
Rasional : Kekurangan
cairan dan elektrolit mengubah motabilitas lambung yang seringkali menimbulkan
muntah dan secara potensial menimbulkan cairan menurun.
7.
Kolaborasi
pemberian cairan intravena sesuai indikasi pemasangan kateter, monitor
pemeriksaan laboratorium (Ht, BUN, Kreatinin, Natrium dan Kalium)
Rasional : Tipe
dan jumlah cairan tergantung pada derajat kekuangan cairan, memberikan
pengukuran yang tepat / akurat terhdap pengukuran haluaran urine, mengkaji
tingkat dehidrasi dan seringkali meningkat akibat hemikonsentrasi yang terjadi
setelah osmotic.
2.
Nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan defisiensi oral/ penurunan
intake oral ditandai dengan mengeluh mual-muntah, intake tidak adekuat,
penurunan nafsu makan, lemah, tonus otot menurun (Doengoes Mariyln E, 1999 ;
374).
Tujuan : Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi
KH : Nafsu makan meningkat, pasien menghabiskan
porsi makan.
Intervensi
:
a.
Timbang
berat badan tiap hari
Rasional : Mengkaji
masukan makanan yang adekuat.
b.
Berikan
makanan cair yang mengandung zat makanan dan elektrolit dengan segera jika
pasien dapat mentoleransinya melalui pemberian makanan melalui oral
Rasional : Pemberian
makanan melalui oral lebih baik jika pasien sadar dan fungsi gastrointestinal
baik.
c.
Observasi
tanda-tanda hipoglikemia seperti perubahan tingkat kesadaran, kulit dingin,
nadi cepat, sakit kepala dan pandangan berkurang-kunang.
Rasional : Karena
metabolisme KH mulai terjadi gula darah akan berkurang dan sementara tetap
diberikan insulin maka hipoglikemia dapat terjadi, jika pasien dalam keadaan
koma hipoglikemia mungkin terjadi tanpa memperlihatkan perubahan tingkat
kesadaran.
d.
Kolaborasi
pemeriksaan glukosa test, glukosa serum, aseton, pH, dan HCO3, kelola pemberian
insulin, konsul dengan ahli gizi.
Rasional : Analisa
ditempat tidur terhadap gula darah lebih akurat, gula darah akan menurun
perlahan dengan penggantian cairan dan terapi insulin terkontrol, dengan
pemberian insulin dosis optimal glukosa kekemudian masuk ke dalam sel untuk
sumber kalori
e.
Berikan
pengobatan insulin secara teratur dengan
metode I.V secara intermiten atau secara kontinue
Rasional : Insulin
reguler memiliki awitan cepat dan karenanya dengan cepat pula dapat membantu
memindahkan glukosa ke dalam sel.
3.
Resiko
infeksi berhubungan dengan hiperglikemia, penurunan fungsi leukosit dan
perubahan sirkulasi darah (Doengoes, 1999; 734)
Tujuan : klien terhindar dari infeksi silang
KH : tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi, luka
kering.
Intervensi
:
a.
Observasi
tanda-tanda infeksi dan inflamasi seperti panas, kemerahan, keluar nanah
Rasional : Pasien
mungkin masuk dengan infeksi yang biasanya telah mencetuskan keadaan
ketoasidosis atau dapat mengalami infeksi nosokomial.
b.
Tingkatkan
upaya pencegahan dengan cuci tangan dan anjurkan kepada klien untuk cuci
tangan.
Rasional : mencegah
timbulnya infeksi silang (infeksi nosokomial)
c.
Lakukan
perawatan luka secara antiseptik
Rasional : kadar
glukosa darah yang tinggi akan menjadi media terbaik bagi pertumbuhan kuman
d.
Berikan
perawatan kulit dengan teratur dan sungguh-sungguh, masase daerah tulang yang
tertekan
Rasional : sirkulasi
perifer bisa terganggu yang menempatkan pasien pada peningkatan resiko
terjadinya kerusakan pada kulit atau iritasi kulit dan infeksi.
e.
Kolaborasi
berikan antibiotik sesuai indikasi
Rasional : Penanganan
awal dapat membantu mencegah timbulnya sepsi.
4.
Resiko
tinggi perubahan persepsi sensori berhubungan dengan penurunan zat kimia,
endogen, ketidaseimbangan elektrolit, glukosa dan insulin
Tujuan : tidak terjadi gangguan perubahan persepsi
sensori.
KH : pasien mampu mengenali perubahan persepsi
sensori
Intervensi :
a. Pantau tanda-tanda vital dan status mental
Rasional : sebagai
dasar untuk membandingkan temuan abnormal seperti suhu yang meningkat dapat
mempengaruhi fungsi mental.
b. Jadwalkan intervensi keperawatan agar tidak
mengganggu waktu istirahat pasien.
Rasional : meningkatkan
tidur, menurunkan letih dan dapat memperbaiki daya pikir
c. Lindungi pasien dari cidera (gunakan pengikat)
ketika tingkat kesadaran terganggu
Rasioal : pasien
mengalami disorientasi merupakan awal timbulnya cidera, terutama malam hari dan
perlu pencegahan sesuai indikasi.
d. Evaluasi lapang pandang pengelihatan sesuai
indikasi
Rasional : edema
/ lepasnya retina, hemoragi, katarak atau paralysis otot extraokuler sementara
mengganggu pengelihatan yang memerlukan terapi korektif atau perawatan penyokong.
5.
Kelemahan
berhubungan dengan penurunan produksi metabolisme energi, defisiensi insulin
dan peningkatan kebutuhan energi
Tujuan : aktifitas klien tidak terganggu dan tidak
mudah lelah.
KH :
pasien dapat beraktivitas sesuai
kemampuan
Intervensi :
a.
Diskusikan
dengan klien kebutuhan akan aktifitas, buat jadwal perencanaan dengan klien dan
identifikasi aktivitas yang menimbulkan kelelahan.
Rasional : pendidikan
dapat memberikan motivasi untuk meningkatkan tingkat aktivitas meskipun pasien
mungkin sangat lelah.
b.
Berikan
aktifitas alternatif dengan periode istirahat yang cukup atau tanpa diganggu
Rasional : mencegah
kelelahan yang berlebihan.
c.
Pantau
nadi, frekuensi pernafasan dan tekanan darah sebelum dan sesudah melakukan
aktivitas
Rasional : mengidentifikasi
tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi secara fisiologis.
e. Diskusikan cara menghemat kalori selama mandi
atau berpindah tempat
Rasional : pasien
akan dapat melakukan lebih banyak kegiatan dengan penurunan kebutuhan akan
energi pada setiap kegiatan.
f. Tingkatkan partisipasi klien dalam melakukan
aktivitas sehari-hari sesuai toleransi
Rasional : meningkatkan
kepercayaan diri / harga diri yang positif sesuai tingkat aktivitas yang dapat
ditoleransi dengan pasien.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Diabetes
mellitus yaitu penyakit kronik sistemik yang dikarakteristikan oleh gangguan
metabolisme karbohidrat, lemak dan protein sebagai akibat tidak adekuat suplai
insulin relatif atau absolut (Ulrich, 1997).
Imunitas
atau kekebalan adalah sistem mekanisme
pada organisme
yang melindungi tubuh terhadap pengaruh biologis luar
dengan mengidentifikasi dan membunuh patogen serta sel
tumor. Sistem ini
mendeteksi berbagai macam pengaruh biologis luar yang luas, organisme akan
melindungi tubuh dari infeksi, bakteri, virus sampai cacing
parasit, serta menghancurkan zat-zat asing lain dan memusnahkan mereka dari
sel organisme yang
sehat dan jaringan
agar tetap dapat berfungsi seperti biasa. Deteksi sistem ini sulit karena
adaptasi patogen dan memiliki cara baru agar dapat menginfeksi organisme.
(Wikipedia, Ensiklopedia Bebas).
Diagnosa Keperawatan, Yaitu :
1.
Resiko penyebaran
penyebaran infeksi berhubungan dengan penurunan sistem imun tubuh sekunder
terhadap DM
2.
Nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan defisiensi oral/ penurunan
intake oral ditandai dengan mengeluh mual-muntah, intake tidak adekuat, penurunan
nafsu makan, lemah, tonus otot menurun
3.
Resiko
infeksi berhubungan dengan hiperglikemia, penurunan fungsi leukosit dan
perubahan sirkulasi darah
4.
Resiko
tinggi perubahan persepsi sensori berhubungan dengan penurunan zat kimia,
endogen, ketidaseimbangan elektrolit, glukosa dan insulin
5.
Kelemahan
berhubungan dengan penurunan produksi metabolisme energi, defisiensi insulin
dan pen
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer
A, Triyanti K, Savitri R. 2005. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI.
Soegondo S, Soewondo P, Subekti I. 2005. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta : Balai Penerbit FKUI
Soegondo S, Soewondo P, Subekti I. 2005. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta : Balai Penerbit FKUI
Berhe T,
Postellon D, Wilson B, Stone R. Feasibility
and Safety of Insulin Pump Therapy in Children Aged 2 to 7 Years With Type 1
Diabetes : A Retrospective Study. 2006;117:2132-2136
No comments:
Post a Comment