Wednesday, February 15, 2012

DM tipe 1


BAB I
PENDAHULUAN

Diabetes Melitus merupakan suatu penyakit multisistem dengan ciri hiperglikemia akibat kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. Kelainan pada sekresi/kerja insulin tersebut menyebabkan abnormalitas dalam metabolisme karbohidrat, lemak dan protein. Hiperglikemia kronik pada diabetes berhubungan dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi atau kegagalan beberapa organ tubuh, terutama mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah. World Health Organization (WHO) sebelumnya  telah merumuskan bahwa DM merupakan sesuatu yang tidak dapat dituangkan dalam satu jawaban yang jelas dan singkat, tetapi secara umum dapat dikatakan sebagai suatu kumpulan problema anatomik dan kimiawi akibat dari sejumlah faktor di mana didapat defisiensi insulin absolut atau relatif dan gangguan fungsi insulin.
Imunitas atau kekebalan adalah sistem mekanisme pada organisme yang melindungi tubuh terhadap pengaruh biologis luar dengan mengidentifikasi dan membunuh patogen serta sel tumor. Sistem ini mendeteksi berbagai macam pengaruh biologis luar yang luas, organisme akan melindungi tubuh dari infeksi, bakteri, virus sampai cacing parasit, serta menghancurkan zat-zat asing lain dan memusnahkan mereka dari sel organisme yang sehat dan jaringan agar tetap dapat berfungsi seperti biasa. Deteksi sistem ini sulit karena adaptasi patogen dan memiliki cara baru agar dapat menginfeksi organisme. (Wikipedia, Ensiklopedia Bebas)
Banyak orang pada awalnya tidak tahu bahwa mereka menderita diabetes. Di negara maju seperti Amerika misalnya, dari sekitar 16 juta penderita diabetes, 7 juta diantaranya baru mengetahui bahwa diri mereka menderita diabetes setelah mengalami komplikasi di berbagai organ tubuh. Laporan statistik dari International Diabetes Federation (IDF) menyebutkan bahwa sekarang sudah ada sekitar 230 juta penderita diabetes. Angka ini terus bertambah hingga 3 persen atau sekitar 7 juta orang setiap tahunnya. Dengan demikian, jumlah penderita diabetes diperkirakan akan mencapai 350 juta pada tahun 2025 dan setengah dari angka tersebut berada di Asia, terutama India, Cina, Pakistan, dan Indonesia. Diabetes telah menjadi penyebab kematian terbesar keempat di dunia. Setiap tahun ada 3,2 juta kematian yang disebabkan oleh diabetes. Di Amerika sekalipun, angka kematian akibat diabetes bisa mencapai 200.000 orang per tahun. Angka penderita diabetes yang didapatkan di Asia Tenggara adalah : Singapura 10,4 persen (1992), Thailand 11,9 persen (1995), Malaysia 8 persen lebih (1997), dan Indonesia (5,6 persen (1992). Kalau pada 1995 Indonesia berada di nomor tujuh sebagai negara dengan jumlah diabetes terbanyak di dunia, diperkirakan tahun 2025 akan naik ke nomor lima terbanyak. Pada saat ini, dilaporkan bahwa di kota-kota besar seperti Jakarta dan Surabaya, sudah hampir 10 persen penduduknya mengidap diabetes.
Insiden diabetes melitus tipe 1 sangat bervariasi di tiap negara. Dari data-data epidemiologik memperlihatkan bahwa puncak usia terjadinya DM pada anak adalah pada usia 5-7 tahun dan pada saat menjelang remaja. Sedangkan, insiden penderita diabetes melitus tipe 1 pada anak meningkat secara signifikan di negara Barat. Merupakan sebuah tantangan tersendiri bagi para orangtua dan dokter dalam pengobatan diabetes melitus tipe 1 pada anak yang berumur di bawah 12 tahun. Seiring perkembangan teknologi yang makin pesat dan meningkatnya permintaan pasien diabetes melitus yang mendambakan pengobatan efektif dan aman tanpa terus-terusan harus menginjeksikan insulin ke tubuh mereka, sebagai alternatif digunakanlah pompa insulin yang kini menjadi favorit penderita pasien diabetes di Amerika, terutama diabetes melitus tipe 1. Akibatnya, terjadi peningkatan yang signifikan terhadap pemakaian pompa insulin selama 1 dekade ini karena pasien DM tidak perlu menghabiskan waktu terlalu banyak untuk menginjeksikan insulin ke tubuhnya terus menerus.
 
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

KONSEP DASAR MEDIS
  1. Pengertian
Diabetes mellitus yaitu penyakit kronik sistemik yang dikarakteristikan oleh gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein sebagai akibat tidak adekuat suplai insulin relatif atau absolut (Ulrich, 1997).
Imunitas atau kekebalan adalah sistem mekanisme pada organisme yang melindungi tubuh terhadap pengaruh biologis luar dengan mengidentifikasi dan membunuh patogen serta sel tumor. Sistem ini mendeteksi berbagai macam pengaruh biologis luar yang luas, organisme akan melindungi tubuh dari infeksi, bakteri, virus sampai cacing parasit, serta menghancurkan zat-zat asing lain dan memusnahkan mereka dari sel organisme yang sehat dan jaringan agar tetap dapat berfungsi seperti biasa. Deteksi sistem ini sulit karena adaptasi patogen dan memiliki cara baru agar dapat menginfeksi organisme. (Wikipedia, Ensiklopedia Bebas).

  1. Etiologi
Menurut etiologinya, DM tipe 1 disebabkan karena adanya gangguan produksi insulin akibat penyakit autoimun atau idiopatik., yang menyebabkan pasien mutlak membutuhkan insulin. DM tipe 2 terjadi akibat resistensi insulin atau gangguan sekresi insulin. Pada tipe 2 ini tidak selalu dibutuhkan insulin, kadang-kadang cukup dengan diet dan antidiabetik oral. (Gunawan et.al., 2007).
Secara umum menurut referensi yang ada, DM mempunyai sebab yang belum begitu jelas. Namun, diduga faktor genetik yang didapat (idiopatik) menempati urutan teratas dalam penyebab DM, walaupun mekanisme genetika DM belum dapat dipaparkan secara jelas seperti halnya pada kasus buta warna. Jadi anak laki-laki pasien tersebut bisa saja menderita DM tipe 1 karena faktor genetik tersebut.
Insiden diabetes melitus tipe 1 sangat bervariasi di tiap negara. Dari data-data epidemiologik memperlihatkan bahwa puncak usia terjadinya DM pada anak adalah pada usia 5-7 tahun dan pada saat menjelang remaja. Sedangkan, insiden penderita diabetes melitus tipe 1 pada anak meningkat secara signifikan di negara Barat.

  1. Patofisiologi
Diabetes tipe 1 merupakan bentuk diabetes parah yang berhubungan dengan terjadinya ketosis apabila tidak diobati. Diabetes ini muncul ketika pankreas sebagai pabrik insulin tidak dapat atau kurang mampu memproduksi insulin. Akibatnya, insulin tubuh kurang atau tidak ada sama sekali. Glukosa menjadi menumpuk dalam peredaran darah karena tidak dapat diangkut ke dalam sel. Biasanya, diabetes tipe ini sering terjadi pada anak dan remaja tetapi kadang-kadang juga terjadi pada orang dewasa, khususnya yang non obesitas dan mereka yang berusia lanjut ketika hiperglikemia tampak pertama kali. Keadaan tersebut merupakan suatu gangguan katabolisme yang disebabkan karena hampir tidak terdapat insulin dalam sirkulasi, glukagon plasma meningkat dan sel-sel B pankreas gagal merespon semua stimulus insulinogenik. Oleh karena itu, diperlukan pemberian insulin eksogen untuk memperbaiki katabolisme, mencegah ketosis, dan menurunkan hiperglukagonemia dan peningkatan kadar glukosa darah.
Diduga diabetes tipe 1 disebabkan oleh infeksi atau toksin lingkungan yang menyerang orang dengan sistem imun yang secara genetis merupakan predisposisi untuk terjadinya suatu respon autoimun yang kuat yang menyerang antigen sel B pankreas. Faktor ekstrinsik yang diduga mempengaruhi fungsi sel B meliputi kerusakan yang disebabkan oleh virus, seperti virus penyakit gondok (mumps) dan virus coxsackie B4, oleh agen kimia yang bersifat toksik, atau oleh sitotoksin perusak dan antibodi yang dirilis oleh imunosit yang disensitisasi. Suatu kerusakan genetis yang mendasari yang berhubungan dengan replikasi atau fungsi sel B pankreas dapat menyebabkan predisposisi terjadinya kegagalan sel B setelah infeksi virus. Lagipula, gen-gen HLA yang khusus diduga meningkatkan kerentanan terhadap virus diabetogenik atau mungkin dikaitkan dengan gen-gen yang merespon sistem imun tertentu yang menyebabkan terjadinya predisposisi pada pasien sehingga terjadi respon autoimun terhadap sel-sel pulaunya (islets of Langerhans) sendiri atau yang dikenal dengan istilah autoregresi.

  1. Manifestasi klinis
Tanda-tanda dan gejala dari diabetes tipe 1 biasanya berkembang dengan cepat. Beberapa tanda berikut adalah:
a) Terjadi peningkatan rasa haus dan sering buang air kecil. Kelebihan gula yang menumpuk di aliran darah anak akan membuat cairan ditarik ke jaringan, hal ini kemungkinan akan membuat anak menjadi haus. Akibatnya anak minum dan buang air kecil lebih sering dari biasanya.
b) Anak selalu merasa lapar. Karena tidak adanya jumlah insulin yang cukup, maka gula yang diasup tidak akan bisa masuk ke dalam sel. Akibatnya organ akan kehabisan energi dan memicu rasa lapar yang terus menerus.
c) Penurunan berat badan. Meskipun anak makan melebihi biasanya, tapi anak-anak tetap kehilangan berat badannya. Tanpa adanya asupan energi dari gula, maka jaringan otot dan cadangan lemak akan menyusut. Penurunan berat badan yang tidak bisa dijelaskan seringkali menjadi gejala pertama yang diperhatikan.

d) Anak-anak menjadi mudah lelah dan lesu. Hal ini disebabkan sel-sel sangat kekurangan asupan gula.
e)   Anak menunjukkan perilaku yang tidak biasa. Anak-anak dengan diabetes tipe 1 yang belum terdiagnosis seringkali menjadi mudah marah atau tiba-tiba menjadi murung dan kesal.
f) Penglihatan yang kabur. Jika gula darah anak terlalu tinggi, maka cairan dapat ditarik dari lensa mata sehingga mempengaruhi kemampuan anak untuk bisa fokus dengan jelas.
g) Infeksi jamur. Adanya infeksi jamur pada alat kelamin bisa menjadi tanda pertama dari diabetes tipe 1 pada anak perempuan.

  1. Kompilkasi
1.      Akut
a.       Koma non kerotik hiperglikemia hiperosmolar
b.      Hipoglikemia
c.       Diabetik ketoasidosis
2.      Jangka panjang
a.       Mikroangiopati
1)      Retinopati
2)      Nefropati
3)      Neuropati
b.      Makroangiopati
1)      Kardiovaskuler
2)      Serebravaskuler
3)      Vaskuler perifer
  1. Prognosis
1)   Fase Inisial
Dimulai saat timbulnya gejala sampai dengan ditegakkan diagnosis. Fase ini sering didahului oleh infeksi, goncangan emosi maupun trauma fisik.
2) Fase Penyembuhan
Fase setelah beberapa hari diberikan pengobatan. Keadaan akut penyakit ini telah teratasi dan sudah terdapat sensitivitas jaringan terhadap insulin.
3) Fase Remisi (Honeymoon period)
Fase ini khas pada penyandang DM tipe 1. Pada saat ini, kebutuhan insulin menurun sehingga dapat terjadi hipoglikemia bila insulin tidak disesuaikan. Bila dengan dosis insulin 0.1 IU/kg BB masih menyebabkan hipoglikemia maka pemberian insulin harus dihentikan. Pada fase ini perlu observasi dan pemeriksaan urin reduksi secara teratur untuk memantau keadaan penyakitnya. Fase ini berlangsung selama beberapa minggu sampai beberapa bulan. Diperlukan penyuluhan pada penyandang DM atau orangtua bahwa fase ini bukan berarti penyembuhan penyakitnya.
4) Fase Intensifikasi
Fase ini timbul 16-18 bulan setelah diagnosis ditegakan. Pada fase ini terjadi kekurangan insulin endogen.

 
  1. Pemeriksaan Diagnostic
Glukosa darah                   : Meningkat 200-100 mg/lebih.
aseton plasma (keton)       : Positif secara mencolok.
Asam lemak bebas            : Kadar lipid dan kolesterol meningkat
Elektrolit:
1.       Natrium : Mungkin normal, meningkat / menurun
2.       Kalium : Normal / peningkatan semua, selanjutnya akan menurun
3.       Fosfor : Lebih sering menurun

Hb glikosilat           :  Kadarnya meningkat 2-4 kali lipat dari normal yang mencerminkan kontrol pm yang kurang selama 4 bulan terakhir.
Gas darah arteri      :  Biasanya menunjukkan pH rendah dan penurunan pada HCO3 (asidosis metobolik) dengan kompensasi alkalosis.
Trombosit darah     :  Ht mungkin meningkat (dehidrasi), leukositosis, nemokonsentrasi, merupakan respon terhadap stress / infeksi.
Ureum / kreatinin   :  Mungkin meningkat / normal.
Amylase darah       :  Mungkin meningkat yang mengindikasikan adanya pankreatitis akut sebagai penyebab dari DKA.    
 
  1. Penatalaksanaan
Pada DM penatalaksanaan medis yang dilakukan adalah :
2.      Diet biasanya penggunaan kalori (biasanya 3x makan seimbang dan 1 kali
3.      Hipoglikemia oral dan atau insulin mungkin juga diberikan
4.      Program latihan teratur
5.      Pemantauan glukosa darah sendiri
6.      Pengobatan komplikasi yang terjadi

ASUHAN KEPERAWATAN
1.    Pengkajian
1.         Aktivitas / istirahat (Doengoes, 1993)
Gejala     :  Lemah, letih, sulit bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot menurun, gangguan tidur / istirahat.
Tanda      :  a.  Takikardi dan takipnea Pada keadaan istirahat / dengan aktivitas
                   b.  Letargi / disorientasi, koma
                   c.  Penurunan kekuatan otot
2.         Sirkulasi
Gejala     :  Adanya riwayat hipertensi : IM akut.
                   Klaudiliasi, liebas dan kesemutan pada ekstremitas ulkus pada liali, penyembuhan yang lama
Tanda      :  a.  Takikardi
                   b.  Perubahan tekanan darah postural, hipertensi
                   c.  Nadi yang menurun
                   d.  Disritmia
3.    Integritas ego
Gejala     :  a.  Stress, tergantung pada orang lain.
                    b.  Masalah finansial yang berhubungan dengan kondisi.
Tanda      :  Ansietas peka rangsang
4.    Eliminasi
Gejala     :  a.  Perubahan pola kemih (poliuria) nokturia.
                   b.  Rasa nyeri / terbatas, kesulitan berkemih, isk baru / berulang
                   c.  Nyeri tekan
                   d.  Diare lancar
Tanda      :  a.  Urine encer, pucat, kuning, poliuri
                   b.  Urine berkabut
                   c.  Abdomen keras, adanya asites
5.    Makanan / cairan
Gejala     :  a.  Hilang nafsu makan.
                   b.  Mual/muntah
                   c.  Tidak mengikuti diet
                   d.  Penurunan BB
Tanda      :  a.  Kulit bersisik, turgor jelek
                   b.  Keluarkan / distensi abdomen, muntah
                   c.  Pembesaran tiroid 
6.    Neurosensori
Gejala     :  a.  Pusing / pening
                   b.  Sakit kepala
                   c.  Kesemutan, kebas kelemahan pada otot
                   d.  Gangguan pengelihatan
Tanda      :  Disorientasi, mengantuk, letargi, stupor / koma.
7.    Nyeri / kenyamanan
Gejala     :  Abdomen yang tegang / nyeri
Tanda      :  Wajah meringis dengan palpitasi: tampak berhati-hati
8.    Pernafasan 
Gejala     :  Merasa kekurangan O2, batuk dengan / tanpa sputum purulen
Tanda      :  Lapar udara, frekuensi pernafasan
9.    Keamanan 
Gejala     :  Kulit kering, gatal, ulkus kulit 
Tanda      :  a.  Demam, diaforesis
                   b.  Kulit rusak, lesi / ulserasi
10.                                                         Seksualitas :
Gejala     :  a.  Rabas vagina
                   b.  Masalah impoten pada pria, kesulitan orgasme pada wanita

b. Diagnosa Keperawatan

Resiko penyebaran penyebaran infeksi berhubungan dengan penurunan sistem imun tubuh sekunder terhadap DM

Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan defisiensi oral/ penurunan intake oral ditandai dengan mengeluh mual-muntah, intake tidak adekuat, penurunan nafsu makan, lemah, tonus otot menurun

Resiko infeksi berhubungan dengan hiperglikemia, penurunan fungsi leukosit dan perubahan sirkulasi darah

Resiko tinggi perubahan persepsi sensori berhubungan dengan penurunan zat kimia, endogen, ketidaseimbangan elektrolit, glukosa dan insulin

Kelemahan berhubungan dengan penurunan produksi metabolisme energi, defisiensi insulin dan peningkatan kebutuhan energi


c.        Intervensi  Keperawatan
1.         Resiko penyebaran penyebaran infeksi berhubungan dengan penurunan sistem imun tubuh sekunder terhadap DM
Tujuan :setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam infeksi berkurang.
KH   :  nyeri berkurang, keadaan luka kering, pus (+)
Intervensi :
1.      Observasi tanda-tanda infeksi dan inflamasi seperti panas, kemerahan, keluar nanah
Rasional :   membantu dalam memperkirakan kekurangan volume total, adanya proses infeksi yang mengakibatkan demam dan hipermetabolik cairan hilang meningkat.
2.      Monitor tanda-tanda vital
Rasional :   Hipovolemia dapat dimanifestasikan oleh hipotensi dan takikardia, perkiraan berat atau ringannya hipovolemia dapat diukur ketika TD sistolik turun > 10 mmHg/ posisi duduki / berbaring.
3.      Monitor nadi perifer, turgor kulit dan membran mukosa
Rasional :   Merupakan indikator dari tingkat dehidrasi / volume sirkulasi yang adekuat.
4.      Berikan cairan yang paling sedikit 2500 ml/hari bila tidak ada kontra indikasi
Rasional :   Mempertahankan hidrasi / volume sirkulasi
5.      Monitor intake dan output cairan, catat berat jenis urine
Rasional :   Memperkirakan kebutuhan akan cairan pengganti, fungsi ginjal dan keefektifan dari terapi yang diberikan.
6.      Catat adanya muntah, mual, nyeri perut
Rasional :   Kekurangan cairan dan elektrolit mengubah motabilitas lambung yang seringkali menimbulkan muntah dan secara potensial menimbulkan cairan menurun.
7.      Kolaborasi pemberian cairan intravena sesuai indikasi pemasangan kateter, monitor pemeriksaan laboratorium (Ht, BUN, Kreatinin, Natrium dan Kalium)
Rasional :   Tipe dan jumlah cairan tergantung pada derajat kekuangan cairan, memberikan pengukuran yang tepat / akurat terhdap pengukuran haluaran urine, mengkaji tingkat dehidrasi dan seringkali meningkat akibat hemikonsentrasi yang terjadi setelah osmotic.

2.         Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan defisiensi oral/ penurunan intake oral ditandai dengan mengeluh mual-muntah, intake tidak adekuat, penurunan nafsu makan, lemah, tonus otot menurun (Doengoes Mariyln E, 1999 ; 374).
Tujuan     :  Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi
KH          :  Nafsu makan meningkat, pasien menghabiskan porsi makan.
Intervensi :
a.       Timbang berat badan tiap hari
Rasional :   Mengkaji masukan makanan yang adekuat.
b.       Berikan makanan cair yang mengandung zat makanan dan elektrolit dengan segera jika pasien dapat mentoleransinya melalui pemberian makanan melalui oral
Rasional :   Pemberian makanan melalui oral lebih baik jika pasien sadar dan fungsi gastrointestinal baik.
c.       Observasi tanda-tanda hipoglikemia seperti perubahan tingkat kesadaran, kulit dingin, nadi cepat, sakit kepala dan pandangan berkurang-kunang.
Rasional :   Karena metabolisme KH mulai terjadi gula darah akan berkurang dan sementara tetap diberikan insulin maka hipoglikemia dapat terjadi, jika pasien dalam keadaan koma hipoglikemia mungkin terjadi tanpa memperlihatkan perubahan tingkat kesadaran.
d.      Kolaborasi pemeriksaan glukosa test, glukosa serum, aseton, pH, dan HCO3, kelola pemberian insulin, konsul dengan ahli gizi.
Rasional :   Analisa ditempat tidur terhadap gula darah lebih akurat, gula darah akan menurun perlahan dengan penggantian cairan dan terapi insulin terkontrol, dengan pemberian insulin dosis optimal glukosa kekemudian masuk ke dalam sel untuk sumber kalori
e.       Berikan pengobatan  insulin secara teratur dengan metode I.V secara intermiten atau secara kontinue
Rasional :   Insulin reguler memiliki awitan cepat dan karenanya dengan cepat pula dapat membantu memindahkan glukosa ke dalam sel.

3.       Resiko infeksi berhubungan dengan hiperglikemia, penurunan fungsi leukosit dan perubahan sirkulasi darah (Doengoes, 1999; 734)
Tujuan     :  klien terhindar dari infeksi silang
KH          :  tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi, luka kering.
Intervensi :
a.       Observasi tanda-tanda infeksi dan inflamasi seperti panas, kemerahan, keluar nanah
Rasional :   Pasien mungkin masuk dengan infeksi yang biasanya telah mencetuskan keadaan ketoasidosis atau dapat mengalami infeksi nosokomial.
b.      Tingkatkan upaya pencegahan dengan cuci tangan dan anjurkan kepada klien untuk cuci tangan.
Rasional :   mencegah timbulnya infeksi silang (infeksi nosokomial)
c.       Lakukan perawatan luka secara antiseptik
Rasional :   kadar glukosa darah yang tinggi akan menjadi media terbaik bagi pertumbuhan kuman
d.      Berikan perawatan kulit dengan teratur dan sungguh-sungguh, masase daerah tulang yang tertekan
Rasional :   sirkulasi perifer bisa terganggu yang menempatkan pasien pada peningkatan resiko terjadinya kerusakan pada kulit atau iritasi kulit dan infeksi.
e.       Kolaborasi berikan antibiotik sesuai indikasi
Rasional :   Penanganan awal dapat membantu mencegah timbulnya sepsi.

4.       Resiko tinggi perubahan persepsi sensori berhubungan dengan penurunan zat kimia, endogen, ketidaseimbangan elektrolit, glukosa dan insulin
Tujuan     :  tidak terjadi gangguan perubahan persepsi sensori.
KH          :  pasien mampu mengenali perubahan persepsi sensori
Intervensi :
a.       Pantau tanda-tanda vital dan status mental
Rasional :   sebagai dasar untuk membandingkan temuan abnormal seperti suhu yang meningkat dapat mempengaruhi fungsi mental.
b.      Jadwalkan intervensi keperawatan agar tidak mengganggu waktu istirahat pasien.
Rasional :   meningkatkan tidur, menurunkan letih dan dapat memperbaiki daya pikir

c.       Lindungi pasien dari cidera (gunakan pengikat) ketika tingkat kesadaran terganggu
Rasioal :     pasien mengalami disorientasi merupakan awal timbulnya cidera, terutama malam hari dan perlu pencegahan sesuai indikasi.
d.      Evaluasi lapang pandang pengelihatan sesuai indikasi
Rasional :   edema / lepasnya retina, hemoragi, katarak atau paralysis otot extraokuler sementara mengganggu pengelihatan yang memerlukan terapi korektif atau perawatan penyokong.

5.       Kelemahan berhubungan dengan penurunan produksi metabolisme energi, defisiensi insulin dan peningkatan kebutuhan energi
Tujuan     :  aktifitas klien tidak terganggu dan tidak mudah lelah.
KH          : pasien dapat beraktivitas sesuai kemampuan
Intervensi :
a.       Diskusikan dengan klien kebutuhan akan aktifitas, buat jadwal perencanaan dengan klien dan identifikasi aktivitas yang menimbulkan kelelahan.
Rasional :   pendidikan dapat memberikan motivasi untuk meningkatkan tingkat aktivitas meskipun pasien mungkin sangat lelah.
b.       Berikan aktifitas alternatif dengan periode istirahat yang cukup atau tanpa diganggu
Rasional :   mencegah kelelahan yang berlebihan.
c.       Pantau nadi, frekuensi pernafasan dan tekanan darah sebelum dan sesudah melakukan aktivitas
Rasional :   mengidentifikasi tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi secara fisiologis.
e.       Diskusikan cara menghemat kalori selama mandi atau berpindah tempat
Rasional :   pasien akan dapat melakukan lebih banyak kegiatan dengan penurunan kebutuhan akan energi pada setiap kegiatan.
f.       Tingkatkan partisipasi klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai toleransi
Rasional :   meningkatkan kepercayaan diri / harga diri yang positif sesuai tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi dengan pasien.
 BAB III
PENUTUP

A.      KESIMPULAN
Diabetes mellitus yaitu penyakit kronik sistemik yang dikarakteristikan oleh gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein sebagai akibat tidak adekuat suplai insulin relatif atau absolut (Ulrich, 1997).
Imunitas atau kekebalan adalah sistem mekanisme pada organisme yang melindungi tubuh terhadap pengaruh biologis luar dengan mengidentifikasi dan membunuh patogen serta sel tumor. Sistem ini mendeteksi berbagai macam pengaruh biologis luar yang luas, organisme akan melindungi tubuh dari infeksi, bakteri, virus sampai cacing parasit, serta menghancurkan zat-zat asing lain dan memusnahkan mereka dari sel organisme yang sehat dan jaringan agar tetap dapat berfungsi seperti biasa. Deteksi sistem ini sulit karena adaptasi patogen dan memiliki cara baru agar dapat menginfeksi organisme. (Wikipedia, Ensiklopedia Bebas).
Diagnosa Keperawatan, Yaitu :
1.       Resiko penyebaran penyebaran infeksi berhubungan dengan penurunan sistem imun tubuh sekunder terhadap DM
2.       Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan defisiensi oral/ penurunan intake oral ditandai dengan mengeluh mual-muntah, intake tidak adekuat, penurunan nafsu makan, lemah, tonus otot menurun
3.       Resiko infeksi berhubungan dengan hiperglikemia, penurunan fungsi leukosit dan perubahan sirkulasi darah
4.       Resiko tinggi perubahan persepsi sensori berhubungan dengan penurunan zat kimia, endogen, ketidaseimbangan elektrolit, glukosa dan insulin
5.       Kelemahan berhubungan dengan penurunan produksi metabolisme energi, defisiensi insulin dan pen
DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer A, Triyanti K, Savitri R. 2005. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
Soegondo S, Soewondo P, Subekti I. 2005. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta : Balai Penerbit FKUI
Berhe T, Postellon D, Wilson B, Stone R. Feasibility and Safety of Insulin Pump Therapy in Children Aged 2 to 7 Years With Type 1 Diabetes : A Retrospective Study. 2006;117:2132-2136









No comments:

Post a Comment